Senin, 12 November 2012



MUHASABAH MALAM BERSEJARAH

                Bismillah ba’da tahmid. Pujian total hanya milik Allah Yang Kasih-Nya tak tersaingi. Sholawat tersenandung buat kekasih Allah, Allohumma sholli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad.
                Malam itu, aku terbangun oleh suara dering hp. Seorang teman kerja kalut tersebab murid sekamarnya kesurupan. Kuberi penguatan tulus. Usai percakapan, pukul 23.48 WIB., aku pergi ke belakang untuk minum. Pukul 24.03 WIB, laptop masih menyala. Mataku melihat tanggal yang tidak asing buatku. Ya Robbiy, aku teringat tanggal sudah berganti...
                Usiaku tepat menginjak angka dua puluh lima. Sudah seperempat abad, aku telah diberi Allah kesempatan menjejak bumi dengan memakai segala fasilitas dari-Nya. Tetapi, ada yang berdesir dari lautan hati ini. Goresan apa yang telah kubentuk selama dua puluh lima tahun? Adakah arti goresan itu buat orangtuaku, abang, kakak, adik, dan saudara-saudaraku? Jangan-jangan apa yang kulakukan selama ini hanya gambar absurd yang membuat orang kecewa padaku. Goresan satu sama lain tidak sinkron. Allah...faghfirlii...
                Memori itu berputar tanpa kuminta. Ia mengalun sekehendaknya mengulang masa SD, Tsanawiyah, Aliyah, Kuliah, dan ruang pengabdianku. Teringat orang-orang yang hadir dalam hidupku. Teringat warna-warni peristiwa yang mengiringinya. Masih terasa pahit, manis, hambarnya sampai kini.
                Ya Allah, di malam berkah ini hamba ingin melantunkan lagu berlirik harapan. Engkau Yang Maha Tahu apa yang ada pada diriku. Engkau Yang lebih Tahu sedalam apa salah yang telah kuperbuat. Engkau Yang Maha Tahu Segala-Galanya.
                Ya Rohman, aku memohon Engkau berikan padaku petunjuk untuk lebih ta’at pada-Mu. Untuk senantiasa mencintai kekasih-Mu, Rosululloh. Engkau anugerahi kesabaran dan kekuatan padaku untuk berbakti pada dua orangtuaku. Aku memohon agar Engkau mengizinkanku membahagiakan orang-orang yang berada di sekitarku. Ampuni hamba jika terlalu banyak meminta pada-Mu, Ya Allah. Aku sadar tak layak bagiku meminta terlalu, sementara kewajibanku masihlah banyak yang terlalaikan. Tapi kemana lagi hendak kupinta kecuali hanya pada-Mu, ya Allah...

Ruang Pelita, Padangsidimpuan
Malam telah larut dalam zikir.


               
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar